pronoted.com – 3 Hacker Dunia Pengacau Crypto: Tahun 2025 menjadi salah satu periode tergelap dalam dunia cryptocurrency. Jika sebelumnya penipuan crypto lebih banyak berupa scam kecil atau rug pull, kini ancaman berubah menjadi operasi besar yang melibatkan aktor negara.
Dalam enam bulan pertama tahun ini, total kerugian akibat peretasan crypto mencapai sekitar Rp35,99 triliun atau $2,17 miliar. Angka ini mencerminkan peningkatan tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Situasi semakin memburuk pada bulan September 2025. Selama periode itu, tercatat ada 20 insiden besar di sektor crypto dengan total kerugian mencapai Rp2,1 triliun atau $127 juta. Serangan tersebut menargetkan bursa crypto, proyek blockchain, dan bahkan lembaga keuangan, menandakan tingkat ancaman yang semakin kompleks.
“Baca Juga: Altcoin Potensial Oktober 2025: SOL, SUI, dan ZEC Siap Naik“
Lazarus Group: Peretas yang Beroperasi Layaknya Pasukan Negara
Lazarus Group dikenal luas sebagai salah satu kelompok peretas paling berbahaya di dunia. Mereka mulai beroperasi sejak tahun 2007 dan terkenal melalui serangan terhadap Sony Pictures pada 2014 serta penyebaran ransomware WannaCry pada 2017.
Dalam beberapa tahun terakhir, Lazarus mengalihkan fokus mereka ke industri crypto. Berdasarkan laporan dari berbagai lembaga keamanan siber, kelompok ini telah mencuri crypto senilai lebih dari Rp82,9 triliun atau $5 miliar sejak 2021.
Aksi terbesar mereka terjadi pada Februari 2025 saat berhasil meretas bursa Bybit. Dalam serangan itu, Lazarus mencuri sekitar Rp24,8 triliun atau $1,5 miliar dalam bentuk Ethereum. Peristiwa tersebut memecahkan rekor sebagai pencurian crypto terbesar dalam sejarah.
Serangan ini juga menunjukkan bahwa Lazarus tidak sekadar bertindak sebagai kelompok kriminal, melainkan beroperasi seperti unit siber negara dengan kemampuan dan pendanaan besar.
Gonjeshke Darande: Serangan Bermotif Politik
Kelompok berikutnya adalah Gonjeshke Darande, juga dikenal sebagai Predatory Sparrow. Kelompok ini diyakini memiliki hubungan dengan Israel dan memiliki motif politik kuat. Target utama mereka adalah sistem digital milik Iran, termasuk sektor crypto.
Pada Juni 2025, Gonjeshke berhasil menembus keamanan Nobitex, bursa crypto terbesar di Iran. Mereka mencuri aset digital senilai sekitar Rp1,49 triliun atau $90 juta, lalu membakarnya melalui delapan alamat dompet berbeda.
Tidak hanya itu, mereka juga merilis kode sumber Nobitex ke publik. Aksi tersebut menghancurkan reputasi bursa dan membuat kepercayaan pengguna serta mitra bisnis anjlok drastis.
Rekam jejak Gonjeshke sangat panjang. Mereka pernah melumpuhkan sistem kereta Iran pada 2021, menyerang pabrik baja pada 2022, dan membobol Bank Sepah pada Mei 2025. Serangkaian aksi ini membuktikan bahwa dunia crypto kini menjadi bagian dari konflik geopolitik global.
UNC4899: Unit Siber dari Korea Utara
Selain Lazarus, Korea Utara memiliki unit peretas lain bernama UNC4899. Kelompok ini berada di bawah kendali Reconnaissance General Bureau (RGB), badan intelijen utama negara tersebut.
Menurut laporan Google Cloud Threat Horizons, UNC4899 fokus menyerang perusahaan blockchain dan infrastruktur crypto. Mereka menggunakan berbagai metode canggih seperti serangan rantai pasok dan infiltrasi cloud.
Sepanjang 2024 hingga 2025, kelompok ini berhasil mencuri aset digital senilai jutaan dolar. Mereka menyebar malware lewat Telegram, mencuri cookie AWS lewat LinkedIn, dan memanfaatkan celah keamanan untuk menguasai akses sistem target.
Dengan cara tersebut, UNC4899 berhasil mengumpulkan miliaran rupiah dalam bentuk aset digital dari berbagai proyek blockchain. Serangan mereka membuktikan bahwa ancaman siber terhadap crypto kini tidak hanya dilakukan individu, melainkan bagian dari strategi intelijen negara.
3 Hacker Dunia Pengacau Pasar Crypto: Serangan Siber Jadi Tantangan Besar
Serangkaian peretasan besar sepanjang tahun 2025 menunjukkan bahwa industri crypto kini menghadapi ancaman serius dari aktor negara. Kelompok seperti Lazarus, Gonjeshke Darande, dan UNC4899 telah menjadikan crypto sebagai medan baru dalam perang siber global.
Para investor dan pelaku industri harus meningkatkan kewaspadaan. Penguatan keamanan siber, audit rutin, dan kerja sama internasional menjadi langkah penting untuk menekan risiko di masa depan.
Tahun 2025 menjadi peringatan bahwa di balik inovasi teknologi, selalu ada ancaman besar yang mengintai. Dunia crypto kini harus siap menghadapi era baru, di mana keamanan digital menjadi faktor penentu keberlangsungan industri.
“Baca Juga: Rilis Kingmakers di Tunda Oleh Redemption Kingmakers demi Kualitas Game Terbaik“