Pronoted.com – Pada akhir Agustus 2025, harga Bitcoin sempat stabil di sekitar $108.700. Walau stagnan dalam sehari, nilainya masih melemah lebih dari 6% dalam sebulan. Bahkan, dalam sepekan terakhir, BTC terkoreksi sekitar 5%.
Pergerakan yang datar ini menunjukkan sikap hati-hati pelaku pasar. Namun, analisis on-chain justru memberi sinyal awal pemulihan. Beberapa indikator utama mulai menandakan bahwa pasar sedang menunggu pergerakan besar berikutnya.
“Baca Juga: Alasan Warga Inggris Pilih Crypto untuk Dana Pensiun“
Harga Bitcoin 1 September 2025
Pada 1 September 2025, harga Bitcoin tercatat berada di level $107.873 atau sekitar Rp1,77 miliar. Angka tersebut turun 2,57% hanya dalam waktu 24 jam.
Sepanjang periode yang sama, BTC menyentuh titik terendah di Rp1,77 miliar dan sempat naik ke puncak Rp1,82 miliar. Saat laporan ini ditulis, kapitalisasi pasar Bitcoin mencapai Rp35.516 triliun. Sementara itu, volume perdagangan harian turun tipis 0,29% menjadi Rp449,79 triliun.
Indikator SOPR Tunjukkan Tangan Lemah Mulai Keluar
Salah satu indikator penting dalam analisis on-chain adalah Spent Output Profit Ratio (SOPR). Indikator ini mengukur apakah koin terjual dengan untung atau rugi.
Pada 29 Agustus, nilai SOPR pemegang jangka pendek turun ke 0,982. Angka ini menjadi level terendah dalam beberapa bulan terakhir. Data tersebut menunjukkan banyak pemegang jangka pendek menjual aset dalam kondisi rugi.
Fenomena ini menandakan adanya kepasrahan dari investor lemah. Dalam sejarah pergerakan Bitcoin, kondisi ini sering membuka jalan bagi pemulihan harga. Sebagai contoh, pada 17 April 2025, nilai SOPR sempat turun ke 0,94. Setelah itu, harga Bitcoin jatuh ke $84.800, lalu naik 31,6% hingga mencapai $111.600 ketika SOPR kembali ke atas angka 1.
URPD Tunjukkan Zona Dukungan dan Resistensi
Indikator lain yang menjadi perhatian adalah UTXO Realized Price Distribution (URPD). Metrik ini memetakan area harga saat banyak Bitcoin berpindah tangan.
Data terbaru menunjukkan level $107.000 menjadi zona dukungan kuat dengan sekitar 286.255 BTC atau 1,44% suplai. Lalu, level $108.200 juga penting karena terdapat 447.544 BTC atau 2,25% suplai.
Di sisi atas, level $113.200 dan $114.400 muncul sebagai area resistensi baru. Sementara itu, titik $116.900 menjadi penghalang terbesar karena menyimpan 2,88% suplai Bitcoin.
Peluang Rebound ke $113.500
Saat ini, pasar melihat level $107.300 sebagai titik kunci. Jika harga turun di bawahnya, tren bearish bisa semakin kuat.
Namun, jika BTC berhasil menembus $109.700, peluang rebound terbuka. Target selanjutnya berada di $112.300 dan $113.500. Bahkan, jika mampu melewati $117.400, Bitcoin berpotensi menunjukkan kekuatan baru.
Dengan keluarnya “tangan lemah” dari pasar dan adanya zona dukungan yang kuat, peluang kenaikan tetap terbuka. Namun, investor perlu tetap waspada terhadap volatilitas harga yang tinggi.
“Baca Juga: 7 Komponen PC Penting untuk Performa Gaming Maksimal“