Pronoted.com – September secara historis sering menjadi bulan paling lemah untuk Bitcoin. Pola ini kembali menimbulkan kekhawatiran besar bagi investor.
Para analis menyoroti sinyal langka bernama death cross yang muncul pada beberapa kerangka waktu utama pasar kripto.
Death cross terjadi ketika rata-rata pergerakan jangka pendek turun di bawah rata-rata pergerakan jangka panjang.
Pola ini sering dipandang sebagai tanda awal tren bearish. Meski tidak selalu akurat, sinyal ini membuat investor lebih berhati-hati.
“Baca Juga: Upgrade Alpenglow Solana Disetujui 99%, Siap Meluncur“
Harga Bitcoin Naik Tipis 0,34%
Pada 3 September 2025, harga Bitcoin berada di $110.920 atau sekitar Rp1,82 miliar.
BTC naik tipis sebesar 0,34% dalam 24 jam terakhir.
Sepanjang periode tersebut, harga terendah tercatat Rp1,78 miliar, sedangkan harga tertinggi mencapai Rp1,84 miliar.
Kapitalisasi pasar berada di Rp36.430 triliun dengan volume perdagangan harian Rp826,63 triliun, naik sekitar 7%.
Sinyal Pertama: Death Cross pada Rasio MVRV
Analis anonim Yonsei_dent di CryptoQuant menyoroti rasio Market Value to Realized Value (MVRV).
Rasio ini membandingkan harga pasar Bitcoin dengan harga rata-rata saat koin terakhir berpindah.
MVRV membentuk death cross ketika rata-rata 30 hari turun di bawah rata-rata 365 hari.
Pola ini menunjukkan antusiasme jangka pendek mulai melemah dibanding tren jangka panjang.
Sejarah mencatat, pola serupa pada 2022 memicu penurunan tajam di tengah pasar bearish.
Sinyal Kedua: MACD Mingguan Turun
Indikator MACD mingguan juga menunjukkan tanda melemahnya momentum.
Death cross terjadi saat garis MACD jatuh di bawah garis sinyal.
Pola ini biasanya menandakan tekanan beli melemah dan risiko penurunan harga meningkat.
Sejarah menunjukkan pola serupa pernah muncul pada April 2024 dan Februari 2025.
Dua peristiwa itu sama-sama diikuti koreksi harga sekitar 30%.
Sinyal Ketiga: EMA 20 Hari Melintasi EMA 50 Hari
Analis Deezy menyoroti pergerakan exponential moving averages (EMA).
EMA 20 hari baru saja menurun dan melintasi ke bawah EMA 50 hari.
Pola ini dikenal sebagai death cross klasik dalam analisis teknikal.
Deezy mengingatkan bahwa pola serupa terakhir kali muncul Februari 2025.
Saat itu, harga Bitcoin turun 23% hingga menyentuh $86.000.
Dampak Kombinasi Tiga Death Cross
Kini tiga sinyal death cross muncul bersamaan: MVRV, MACD, dan EMA.
Kombinasi tersebut membuat prospek Bitcoin di September semakin krusial.
Sejarah mencatat death cross sering memicu volatilitas tajam. Namun, dalam tren bullish, sinyal ini bisa menjadi false alarm.
Investor kini menunggu keputusan Federal Reserve terkait pemangkasan suku bunga pada September.
Jika keputusan berpihak pada aset berisiko, Bitcoin bisa mendapat dorongan positif meski sinyal teknikal terlihat bearish.
Kesimpulan
Harga Bitcoin bertahan di $110.000 pada awal September 2025.
Namun, kemunculan tiga sinyal death cross menimbulkan kewaspadaan tinggi.
Investor perlu memantau data makroekonomi dan langkah Federal Reserve yang bisa memengaruhi arah pasar kripto.
“Baca Juga: Produktivitas Maksimal dengan Galaxy Z Fold7 dan AI“
















