Pronoted.com – Bitcoin vs Ethereum: Minat terhadap cryptocurrency semakin meluas di kalangan perusahaan dan pemerintah. Selama ini, treasury tradisional hanya mengandalkan kas, emas, atau obligasi. Namun, risiko inflasi, penurunan nilai fiat, dan gejolak suku bunga membuat Bitcoin dan Ethereum kini dipandang sebagai alternatif yang lebih menarik.
Tahun 2025 menjadi momentum penting. Banyak pihak mulai menguji peran dua aset digital ini dalam strategi treasury global.
“Baca Juga: Mantan Producer Anthem Ungkap Penyebab Kegagalannya“
Bitcoin Treasury: Emas Digital untuk Perlindungan Nilai
Bitcoin muncul sebagai aset pertama yang dikenal luas sebagai “emas digital”. Dengan suplai terbatas dan likuiditas tinggi, BTC menarik perhatian perusahaan dan pemerintah. Mereka memilih BTC untuk melindungi nilai kekayaan dari inflasi serta risiko mata uang tradisional.
Senator Cynthia Lummis di Amerika Serikat mengusulkan Bitcoin Act. Rancangan ini meminta Departemen Keuangan AS membeli 1 juta BTC dalam lima tahun. Selain itu, Presiden Donald Trump meluncurkan Strategic Bitcoin Reserve pada Maret 2025. Program ini mengelola BTC hasil sitaan untuk cadangan negara.
Di sektor swasta, Strategy menjadi perusahaan terdepan dalam akumulasi BTC. Mereka konsisten membeli BTC, bahkan saat harga berfluktuasi. Strategi ini menegaskan keyakinan mereka terhadap daya tahan Bitcoin jangka panjang.
Keunggulan BTC terletak pada reputasi mapan dan penerimaan global. Meski harga bergejolak, sifatnya yang langka dan mudah diperdagangkan memberi fondasi kuat untuk cadangan jangka panjang. Selain itu, beberapa institusi memanfaatkan BTC melalui pinjaman atau produk turunan untuk menambah pendapatan.
Ethereum Treasury: Aset Produktif dengan Potensi Imbal Hasil
Ethereum hadir dengan karakter berbeda. Setelah beralih ke mekanisme proof-of-stake, ETH menawarkan peluang pendapatan melalui staking. Pemegang ETH bisa meraih imbal hasil tahunan sekitar 3% hingga 5%.
Ekosistem Ethereum juga memberi nilai tambah. Melalui decentralized finance, pemegang ETH bisa mendapatkan likuiditas tanpa harus menjual aset. Selain itu, tokenisasi aset nyata seperti obligasi atau komoditas memperluas fungsinya sebagai platform keuangan global.
Meski demikian, ETH menghadapi tantangan. Risiko regulasi, teknis staking, serta kerumitan infrastruktur sering menimbulkan kekhawatiran. Namun, data tahun 2025 membuktikan banyak perusahaan, DAO, dan manajer aset memasukkan ETH ke portofolio treasury. Mereka melihat fleksibilitas dan peluang pertumbuhan ETH sebagai daya tarik utama.
Data 2025: Kepemilikan BTC dan ETH oleh Institusi
Hingga 10 September 2025, Bitcoin masih memimpin dalam jumlah kepemilikan institusi. Lebih dari 1 juta BTC tersimpan di treasury publik maupun swasta. Strategy menguasai sekitar 638.460 BTC senilai miliaran dolar. Mereka tetap fokus pada strategi simpan jangka panjang tanpa mencari imbal hasil tambahan.
Di sisi lain, Ethereum mulai mengejar ketertinggalan. Sebanyak 73 entitas tercatat memegang 4,91 juta ETH dengan nilai sekitar Rp349 triliun. BitMine Immersion Technologies menjadi pemegang terbesar dengan 2,07 juta ETH. SharpLink Gaming menyusul dengan kepemilikan signifikan mencapai ratusan ribu ETH.
Sebagian besar ETH yang dimiliki institusi ikut di-stake. Strategi ini memberi pendapatan tambahan, sehingga membedakan ETH dari Bitcoin yang lebih berfungsi sebagai penyimpan nilai.
Strategi Ganda: Mengombinasikan Bitcoin dan Ethereum
Seiring pasar crypto semakin matang, banyak pihak mulai mengadopsi strategi ganda. Mereka menyimpan BTC dan ETH sekaligus untuk menyeimbangkan perlindungan nilai dan peluang pendapatan.
Pemerintah Amerika Serikat sudah membentuk Strategic Crypto Reserve. Cadangan ini berisi sekitar 198.000 hingga 207.000 BTC dengan tambahan sekitar 60.000 ETH. Strategi ini menunjukkan keseriusan pemerintah AS dalam mengelola aset digital secara resmi.
BitMine Immersion Technologies juga menggunakan pendekatan serupa. Mereka menggabungkan cadangan BTC dengan lebih dari 2 juta ETH. Langkah ini memungkinkan mereka melindungi nilai sekaligus menikmati imbal hasil dari staking.
Kombinasi BTC dan ETH memberi keuntungan berbeda. Bitcoin menawarkan kestabilan, pengakuan global, serta perlindungan nilai jangka panjang. Ethereum memberikan fleksibilitas, peluang pertumbuhan, dan imbal hasil berkelanjutan dari staking maupun tokenisasi.
Bitcoin vs Ethereum: Arah Baru Treasury Global
Perkembangan tahun 2025 memperlihatkan transformasi signifikan dalam strategi treasury global. Bitcoin terus memegang peran utama sebagai aset pelindung nilai. Ethereum melengkapi dengan fungsinya sebagai aset produktif yang memberi pendapatan tambahan.
Dengan strategi ganda, perusahaan dan pemerintah memiliki peluang lebih besar untuk menghadapi inflasi, gejolak mata uang, dan perubahan ekonomi global. Peran BTC dan ETH dalam treasury global kemungkinan akan terus meningkat, seiring adopsi crypto yang makin luas.
“Baca Juga: Mantan Producer Anthem Ungkap Penyebab Kegagalannya“