Pronoted.com – Negara FOMO Bitcoin: Samson Mow, pendiri Jan3, menyampaikan pandangan optimistis tentang masa depan Bitcoin. Ia menegaskan bahwa adopsi Bitcoin oleh negara kini masuk fase baru. Selama bertahun-tahun negara berjalan lambat dalam menerima Bitcoin, namun situasi kini mulai berubah drastis.
Dalam podcast What Bitcoin Did, Mow menjelaskan bahwa dunia berada di ujung fase gradually dan segera memasuki fase suddenly. Kutipan terkenal “gradually, then suddenly” menjadi rujukannya. Ia menilai negara akan berlomba-lomba membeli Bitcoin sebagai cadangan strategis nasional.
“Baca Juga: 5 Altcoin Unggulan 2025 dengan Volume Futures Tertinggi“
Amerika Serikat Sudah Menyusun Strategi Bitcoin
Mow menyoroti Amerika Serikat sebagai negara penting dalam tren Bitcoin global. Menurutnya, Presiden Donald Trump sudah menandatangani perintah eksekutif untuk membentuk cadangan Bitcoin nasional. Namun pemerintah Amerika belum membeli Bitcoin secara aktif.
Data dari Bitbo menunjukkan bahwa pemerintah Amerika saat ini memiliki 198.012 BTC. Jumlah ini lebih banyak dibanding negara lain. Meski begitu, Mow menekankan bahwa Amerika masih bergerak dengan hati-hati. Mereka menyiapkan langkah lewat Bitcoin Act dan rencana pembelian yang netral anggaran.
Risiko Amerika Tertinggal dari Negara Lain
Samson Mow memperingatkan bahwa Amerika bisa kehilangan posisi strategis jika terlalu lama menunda. Negara-negara seperti Pakistan memiliki peluang untuk bergerak lebih cepat. Menurutnya, hal ini bukan lagi soal “jika” melainkan “kapan”.
Ia percaya negara-negara akan segera memborong Bitcoin. Tujuannya jelas, yakni melindungi nilai aset dari tekanan dolar Amerika dan ketidakstabilan global. Jika itu terjadi, Amerika bisa kehilangan keunggulan awal.
Amerika Latin Jadi Pusat Adopsi Baru
Samson Mow menyebut bahwa kawasan Amerika Latin memiliki potensi besar dalam adopsi Bitcoin. Negara seperti El Salvador sudah memulainya. Namun menurutnya, El Salvador hanyalah pintu masuk menuju tren yang lebih besar.
Laporan dari Fidelity Digital Assets pada Januari 2025 juga mendukung pandangan ini. Laporan tersebut memprediksi bahwa lebih banyak bank sentral dan sovereign wealth fund akan menyiapkan posisi di Bitcoin. Bahkan kementerian keuangan di kawasan itu dinilai akan semakin terbuka pada aset digital.
Prediksi Harga Bitcoin Menuju 2026
Harga Bitcoin saat ini masih bergerak terbatas. Dalam 30 hari terakhir, nilainya turun sekitar 1,97 persen. Saat artikel ini ditulis, harga Bitcoin berada di sekitar 109.400 dolar atau setara Rp1,82 miliar.
Meski begitu, Samson Mow tetap optimistis. Ia bersama analis lain seperti Matt Hougan dari Bitwise percaya bahwa tahun 2026 bisa menjadi tahun lonjakan harga. Menurut mereka, jika negara-negara mulai membeli Bitcoin secara agresif, harga bisa melewati level tertinggi sebelumnya.
Mow bahkan pernah menyebut target 1 juta dolar per Bitcoin dapat tercapai dalam waktu dekat. Menurutnya, peluang itu bisa datang tahun ini atau tahun depan.
Negara FOMO Bitcoin: Gelombang Besar FOMO Negara Akan Dimulai
Adopsi Bitcoin oleh negara kini bukan sekadar wacana. Samson Mow yakin bahwa dunia sudah berada di awal gelombang besar. Negara akan mulai menunjukkan rasa takut tertinggal atau FOMO.
Jika tren ini benar-benar terjadi, maka harga Bitcoin bisa bergerak jauh lebih cepat dari perkiraan pasar. Investor individu maupun institusional perlu bersiap menghadapi perubahan ini.
“Baca Juga: Jakarta World Cinema 2025 Tampilkan Film Internasional Terbaik“