pronoted.com – PT Black Diamond Resources Tbk. (COAL) mencatatkan peningkatan penjualan pada kuartal I/2025.
Penjualan tumbuh 16,04% secara tahunan menjadi Rp126,51 miliar dari Rp109,02 miliar di periode sama tahun lalu.
Kinerja ini menunjukkan peningkatan volume atau harga batu bara yang dijual perusahaan.
“Baca Juga: Ragnar Oratmangoen Absen Bela Timnas Lawan China-Jepang“
Beban Pokok Penjualan Ikut Naik dan Tekan Laba
Meski penjualan naik, beban pokok penjualan (COGS) juga mengalami peningkatan signifikan.
COGS naik 17,32% menjadi Rp106,77 miliar dari sebelumnya Rp91 miliar pada kuartal I/2024.
Kenaikan terbesar berasal dari beban royalti dan biaya operasional site yang meningkat tajam.
Beban royalti melonjak 107,15% menjadi Rp16,82 miliar dari sebelumnya Rp8,12 miliar.
Biaya operasional site juga naik drastis 245,32% menjadi Rp4,41 miliar dari Rp1,27 miliar.
Laba Bersih Tergerus 31,69%
Tingginya biaya membuat laba bersih COAL menyusut tajam pada tiga bulan pertama tahun ini.
Laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk turun 31,69% secara tahunan.
Nilainya menjadi Rp5,35 miliar dari Rp7,83 miliar pada kuartal I/2024.
Penurunan ini menjadi catatan penting meskipun penjualan menunjukkan tren positif.
Aset dan Liabilitas Mengalami Penyesuaian
Total aset COAL juga mengalami penurunan pada akhir Maret 2025.
Aset turun 2,40% menjadi Rp788,43 miliar dari Rp807,83 miliar di akhir Desember 2024.
Namun, liabilitas perusahaan ikut turun 5,55% menjadi Rp421,35 miliar dari sebelumnya Rp446,15 miliar.
Di sisi lain, ekuitas perusahaan naik 1,49% year-to-date menjadi Rp367,07 miliar.
Saham COAL Bergerak Stagnan di Tengah Kinerja Campuran
Pada perdagangan Jumat, 16 Mei 2025, saham COAL stagnan di level Rp43 per lembar.
Dalam sebulan terakhir, saham COAL menguat 10,26% mencerminkan sentimen pasar yang cukup positif.
Namun sejak awal tahun 2025, saham COAL terkoreksi 10,42% karena tekanan dari laporan kinerja.
“Baca Juga: Investor Lokal Raup Cuan Besar dari Bitcoin, Ini Ceritanya“
Evaluasi Strategi Operasional Jadi Prioritas
Dengan kondisi biaya yang melonjak, COAL perlu mengevaluasi efisiensi operasionalnya.
Perusahaan bisa mempertimbangkan pengendalian beban royalti dan peningkatan margin.
Langkah efisiensi akan menentukan kinerja laba bersih pada kuartal mendatang.