pronoted.com – Masa Depan Blockchain Korporat: Semakin banyak perusahaan besar mengembangkan blockchain mereka sendiri. Perusahaan seperti JP Morgan, Circle, dan Stripe melihat peluang besar di balik teknologi ini. Mereka ingin meningkatkan efisiensi transaksi dan mengurangi biaya operasional.
Adopsi kripto yang terus tumbuh mendorong munculnya blockchain versi korporat. Contohnya, Circle dan Tether menggunakan blockchain untuk memperkuat stabilitas sistem pembayaran digital mereka. Begitu juga dengan FIFA, yang mulai memanfaatkan blockchain untuk transparansi data dan pengelolaan aset digital.
Namun, blockchain versi korporat ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan internal, bukan kepentingan publik. Sistem seperti ini memberi perusahaan kendali lebih besar atas data dan transaksi. Akibatnya, nilai utama dari blockchain seperti desentralisasi dan keterbukaan menjadi berkurang.
“Baca Juga: Cara Mulai Trading Crypto untuk Pemula dari Nol“
Keterbatasan Blockchain Publik yang Jadi Alasan Utama
Blockchain publik seperti Bitcoin dan Ethereum memang memiliki kekuatan besar. Namun, jaringan ini belum sepenuhnya cocok untuk kebutuhan perusahaan berskala besar.
Kecepatan transaksi sering kali lambat, terutama saat aktivitas jaringan meningkat. Selain itu, biaya gas yang tinggi membuat transaksi menjadi mahal. Banyak perusahaan juga khawatir dengan risiko keamanan dan kurangnya kontrol terhadap data pengguna.
Situasi ini membuat perusahaan seperti Stripe memilih membangun blockchain internal bernama Tempo. Tujuannya agar mereka dapat menciptakan sistem yang lebih cepat, terukur, dan terkontrol. Dengan pendekatan ini, mereka bisa menyesuaikan fitur blockchain sesuai kebutuhan bisnis.
Namun, pendekatan tersebut justru menciptakan sistem tertutup. Ketika satu pihak mengendalikan seluruh jaringan, prinsip desentralisasi hilang. Akibatnya, kepercayaan publik terhadap sistem seperti ini menjadi lebih rendah dibanding blockchain terbuka.
Masalah Utama: Hilangnya Nilai Desentralisasi
Blockchain publik awalnya dirancang agar tidak bergantung pada satu otoritas. Sistem ini memberi kebebasan bagi siapa pun untuk bergabung dan memverifikasi transaksi.
Sebaliknya, blockchain korporat bersifat tertutup dan hanya bisa diakses pihak tertentu. Perusahaan menggunakannya sebagai alat efisiensi, bukan sebagai sarana menciptakan kepercayaan publik.
Beberapa ahli menilai model seperti ini sulit bertahan. Joseph Lubin, salah satu pendiri Ethereum, menegaskan bahwa blockchain tertutup gagal karena kurangnya kepercayaan. Orang enggan bergabung ke sistem yang sepenuhnya dikendalikan satu entitas.
Dalam sejarah teknologi, model seperti ini sering gagal karena risiko deplatforming dan perubahan kebijakan sepihak. Sebaliknya, blockchain publik terus berkembang karena bersifat terbuka dan tidak bisa dikontrol oleh satu pihak.
Potensi Blockchain Publik dalam Jangka Panjang
Meskipun blockchain korporat tumbuh cepat, kekuatan sejati ada pada jaringan publik. Bitcoin dan Ethereum menjadi contoh nyata bagaimana sistem terbuka bisa terus berinovasi tanpa kehilangan kepercayaan pengguna.
Blockchain publik memberi kebebasan bagi pengembang untuk menciptakan proyek baru tanpa izin dari otoritas tertentu. Selain itu, komunitas global mendukung perkembangan jaringan dengan transparansi penuh.
Inilah yang membuat blockchain publik lebih tangguh dalam jangka panjang. Ketika sistem terbuka mampu menjaga keamanan dan kepercayaan, pengguna akan tetap memilihnya dibanding jaringan tertutup.
Masa Depan Blockchain Korporat: Antara Efisiensi dan Kepercayaan Publik
Blockchain korporat memang menawarkan efisiensi dan kontrol bagi perusahaan besar. Namun, tanpa prinsip transparansi dan desentralisasi, sistem ini sulit bertahan lama.
Perusahaan perlu menyeimbangkan kebutuhan efisiensi dengan nilai dasar teknologi blockchain. Jika tidak, mereka hanya menciptakan sistem tertutup yang tidak jauh berbeda dari database tradisional.
Pada akhirnya, keberlanjutan blockchain korporat akan bergantung pada kemampuan mereka untuk mengadopsi nilai keterbukaan. Dunia bisnis mungkin membutuhkan kecepatan dan kontrol, tetapi pengguna tetap menginginkan kepercayaan dan kebebasan yang hanya bisa ditawarkan oleh blockchain publik.
“Baca Juga: Elon Musk Kritik Netflix, Soroti Dampak Teknologi Streaming“